google918a0c52108bf1a3.html Lanang Pening: MENAPAKI POPULARITAS SINGKAT LEWAT "YOUTUBE"

15 Apr 2011

MENAPAKI POPULARITAS SINGKAT LEWAT "YOUTUBE"

Menjadi terkenal lewat media dalam jaringan YouTube menjadi sebuah fenomena baru, proses menapak popularitas yang cukup singkat di era digital dengan bantuan pemberitaan televisi.

Indonesia seolah tidak kehabisan "stock" bakat, dimulai dari aksi "lipsync" Sinta - Jojo yang terkenal pada pertengahan tahun lalu, kemudian duo penyanyi akustik Audrey Tapiheru dan Gamaliel yang menembus acara musik di salah satu stasiun televisi swasta, hingga lagu "Andai Ku Gayus" yang dilantunkan Bona Paputungan.

Bahkan yang terakhir, ada nama Udin yang mempopulerkan lagu "Udin Sedunia" dan seorang anggota Polisi, Briptu Norman, yang menjadi terkenal lewat aksi "lipsync" dan joget India.

Mereka semua adalah pengguna sebuah media bernama Youtube, sebuah laman internet yang baru beroperasi sejak 14 Februari 2005.

Siapa saja dapat mengunggah konten di media populer tersebut, proses yang relatif mudah sekalipun untuk seseorang yang baru "melek internet".Sejarah Youtube
Youtube didirikan oleh Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim, ketiganya merupakan mantan pegawai PayPal, sebuah laman penyedia jasa pembayaran dalam jaringan.

Menurut beberapa media, Hurley dan Chen mengembangkan ide untuk Youtube pada awal 2005, karena mereka mengalami sulitnya berbagi video rekaman pesta makan malam di kediaman Chen di San Fransisco.

Domain internet www.youtube.com diaktifkan pada 14 Februari 2005, yang diikuti beberapa pengembangan selama beberapa bulan kemudian.

Laman internet itu tumbuh dengan pesat, dengan lebih dari 65.000 video telah diunggah pada Juli 2006, serta tingkat kunjungan mencapai 100 juta video per hari.

Menurut data yang dirilis perusahaan riset pasar, comScore, YouTube merupakan penyedia layanan video dalam jaringan yang dominan di Amerika Serikat, dengan tingkat penguasaan pasar sebesar 43 persen serta lebih dari 14 miliar video yang ditonton setiap hari pada Mei 2010.

Pada Oktober 2006, Google Inc. Mengumumkan telah mengakuisisi YouTube dengan nilai transaksi 1,65 miliar dolar AS. Singkatnya, sejak itu YouTube menjadi salah satu anak perusahaan milik raksasa internet Google tersebut.


Media dan jejaring sosial

Indonesia yang pasar internetnya sedang tumbuh pesat, tidak luput dari cengkraman media berbagi video, YouTube.

Laman perusahaan informasi internet "Alexa" menempatkan YouTube di peringkat ketujuh sebagai laman internet yang paling banyak dikunjungi oleh pengguna internet Indonesia.

Seorang wartawan senior sekaligus budayawan, Goenawan Mohamad, mengatakan penggunaan media dalam jaringan dan jejaring sosial di Indonesia sangat dahsyat.

"Bloggers di dalam bahasa Indonesia termasuk yang terbesar di dunia, pengguna FB dan Twitter berkembang pesat. Padahal pelayanan internet masih malah dan tak merata," kata pria yang akrab disapa Goen itu.

Menurut dia, pengguna jejaring sosial akan makin mengapresiasi teknologi dalam jaringan tersebut.

Ia pun meramalkan tren baru mengejar popularitas melalui laman YouTube tersebut akan semakin banyak, seiring dengan perkembangan pengguna internet di Indonesia.

"Tren itu akan makin lama makin banyak, sekaligus menyebabkan cepat hilangnya ketenaran yang diperoleh dengan singkat itu," kata Goen.

"Apa yang dulu pernah dikatakan Andy Warhol, kalau tak salah, akan semakin nyata, kemashyuran lima menit," katanya.

Sementara novelis populer, Dewi Lestari, mengakui bahwa baginya pengaruh sekaligus perkembangan jejaring sosial dan media dalam jaringan sangat luar biasa.

"Bukan hanya memultiplikasi sebuah isu dengan cepat, tapi juga mulai mempengaruhi cara interaksi banyak orang," kata Dewi, yang biasa disapa Dee.

Dee mengatakan, karena sekarang telah ada "kendaraan komunikasi baru", yaitu internet, serta maraknya penggunaan jejaring sosial dan media dalam jaringan, apa pun bisa terekspos dengan intens dalam waktu yang sangat cepat.

"Apa pun itu, entah video, pemikiran, foto, isu, dan sebagainya, fenomenanya biasa dan wajar, serta pasti akan selalu sesuai dengan selera masyarakat pada saat ini, namun `kendaraannya' yang luar biasa," kata Dee yang juga merupakan penyanyi dan pencipta lagu.

"Wajar kalau internet disebut 'jalan tol informasi'. Otomatis, apa pun yang dilaluinya, baik video Keong Racun atau Briptu Norman, punya potensi terekspos secara cepat juga," katanya.


Prospek terkenal

Peluang untuk menjadi terkenal dengan memang tengah menjanjikan, namun tergantung pada keberuntungan dan bakat dari sang pelaku itu sendiri.

Ada sejumlah contoh di luar negeri seperti Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang menggunakan YouTube sebagai media kampanye, serta penyanyi remaja Justin Bieber yang promosinya lewat laman berbagi video itu.

Namun, mereka memiliki konsep yang jelas, dengan faktor pendukung yang lebih matang guna menunjang tujuan pribadinya.

Pengamat telematika, Heru Sutadi mengatakan, hal tersebut tidak lepas dari perubahan format web, dari versi web 1.0 ke web 2.0, sehingga konten laman internet tertentu bisa bersumber dari penggunanya.

"Fenomena ini tak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Video apa pun, yang unik, yang lucu bisa meledak," kata Heru, yang merupakan anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI), dalam dalam blog pribadinya.

Faktor kreativitas dan uniknya kreasi tampaknya menjadi kunci bagi tren popularitas singkat di Indonesia, ditambah dengan pemberitaan media yang tentunya mencari daya tarik terkuat dari unsur berita.

Seperti halnya Sinta - Jojo yang mempopulerkan "Keong Racun", mereka bahkan lebih terkenal dari penyanyi lagu aslinya.

Sementara Briptu Norman Kamaru telah merasakan sensasi menjadi artis dadakan setelah tersebarnya videonya yang juga melakukan ?lipsnc? lagu Chaiyya Chaiyya milik Sharukh Khan lewat YouTube.

Ada juga kisah mantan narapidana Bona Paputungan yang menciptakan lagu "Andai Aku Jadi Gayus Tambunan" serta kelucuan ?Udin Sedunia? karya seorang pemuda bernama Udin atau lengkapnya Soaluddin, yang juga terkenal dengan mudah.

"Penentu eksistensi seseorang dalam dunia selebritis bukan keberuntungan semata, tapi juga kesinambungan, kalau tidak dijaga, sekali ngetop lantas dilupakan," kata Heru.

Sementara seorang pengguna jejaring sosial dan media dalam jaringan, Aditya Wicaksono (24), memiliki pandangan yang lebih ekstrem dengan menyebut kualitas hiburan domestik yang "itu itu saja" serta kurang mendidik, sehingga ketika kemunculan sebuah fenomena membuat orang ingin mendapatkan hiburan segar seperti yang sedang marak.

"Menurut saya proses itu hanya akan berlangsung singkat," katanya.

Namun masyarakat Indonesia sepertinya masih terus menantikan kemunculan 'artis media dalam jaringan' yang baru, sesuai dengan gigihnya penetrasi internet di seluruh pelosok nusantara.

Anda berminat untuk menapaki popularitas dengan cara singkat itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

COPYRIGHT MUSRIADI (LANANG PENING)